Udah dari lamaaa banget pengen nulis soal issue yg 1 ini. Mengingat setiap hari Mami Vio berhadapan dengan remaja2 yang sebenernya beda usia kita ga terlalu jauh. OK untuk mahasiswa angkatan sekarang emang beda jauh (biar ga di cap sok muda hehehe), bedanya bisa 10 tahunan. Tapi waktu mulai ngajar di sini 5 tahun yg lalu sih brarti jarak umur mahasiswa n dosen jelas ga jauh yah. cuma 5 tahunan.
Kembali ke topik, yg Mami Vio mau bahas adalah tentang kelakuan remaja sekarang..manner...tata krama...sikap..atau apapun itu yg berhubungan dengan psikis anak muda masa kini.
Sangat berbeda keadaan ketika tahun 2006 dan tahun 2011, keadaan psikis mahasiswa2nya.
Sangat amat sedih liat kelakuan dan manner mereka sekarang ini. Merasa serba jago, minim toleransi, minim sopan santun, ga berani menyuarakan pendapatnya, dan kalopun menyuarakan yg ada malah nyolot ga jelas.
Dari obrolan dengan sesama orang tua, beliau sempat bilang "nih anak2 inilah yg nantinya akan jadi guru anak2 kita". DOENGGG gawat amat yahhh pikir Mami Vio...dan langsung parno berat...langsung pusing tujuh keliling gimana nasib anak2ku nantinya.
Bukannya keGRan yah beranggapan Mami vio udah baik kelakuannya. Tapi setidaknya MAmi Vio tau, sebagai anak, Mami Vio ga pernah macem2..Masih ada toleransi, masih ada empati, dll, setidaknya ga sia2 lah didikan Opa-Oma Vio.
Diliat dari mahasiswa di kelas Mami Vio deh, mereka merasa kuliah adalah HANYA kewajiban untuk biar ortu puas. Tapi bukan merasa itu adalah tanggung jawabnya sebagai manusia yang harus berpendidikan yang harus menunaikan sekolahnya untuk bekal masa depan mereka. Banyak dari Bapak-Ibu dosen yang lain yg bilang kalau sikap mereka itu karena ortunya kayadan merasa uang dan masa depan sudah di tangan, tinggal nerusin usaha ortu. Ada juga yang bilang karena mereka tidak mendapat perhatian dari ortunya.
Memang rata2 dari curhat2an mereka ke dosen2 yang sepuh (mungkin dianggap dosen2 sepuh ini pengganti ortu mereka) curhat2an. Mereka curhat bahwa memang di rumahnya mereka kurang mendapat perhatian. Ada yg korban perceraian ortunya. Ada yg ortunya kerjaaa melulu pergi pagi pulang malem dan cuma ditemenin pembantu/nanny. Ada yang sebagai 'anak2 titipan' artinya ortu mereka 'nitipin' anak mereka ke kampus ini pokoknya asal bisa jadi sarjana, mau prosesnya seperti apa atau permasalahan anak itu gimana ga mau tau yang penting lulus dan ada embel2 sarjana.
WOW. Kesannya jadi kayak penitipan anak yah. Tempat penitipan anak aja ga sampe segitunya :)
Berarti dalam hal ini kembali lagi balik ke lingkungan keluarga yah!
Memang lingkungan pergaulan mempengaruhi, tapi mungkin itu hanya 'tambahan' aja pengaruhnya. Ibarat rumah, pondasi utamanya adalah didikan ortu dan lingkungan keluarga. Interior dalam rumah itu mungkin yg disebut pergaulan dengan masyarakat nantinya. (perbaikin yah kalo Mami Vio ada salah info :p )
Kadang tergelitik pengen tau anak2 yg seperti itu, di rumahnya kayak gimana sih? Ortunya seperti apa sih? Apakah kelakuannya ga jauh beda sama anak2 mereka? Di rumahnya sehari2 ngapain aja sih?
Mungkin ini dikarenakan juga masa kecil Mami Vio yang benar2 kondusif dan lingkungan sepermainan MaMi Vio juga yang anak2 produksi kelaurga yg baik dan kondusif juga. Jadi mungkin 'pengetahuan' tentang bentuk keluarga yg ga seperti kelaurga kami agak kurang.
Nah, kemaren Bapak Head of School disini dalam presentasinya bilang bahwa dosen/guru adalah PENJAGA MORAL anak didiknya.
WOW! Kog kesannya kelangsungan moral si para 'Maha' itu adalah tugas kita. Kalau moralnya udah ga beres, apanya yg mesti dijaga? Mungkin bisa 'dikembalikan' ke jalan yg benar, tapi itu bukan dalam waktu singkat lho. bukan dalam 3 jam pertemuan mata kuliah, bukan dalam seminggu 3 kali pertemuan. Tapi itu mesti setiap hari dan setiap saat.
Memang kalo yg udah 'di jalan yg benar' bisa kita jaga yah...tapi balik lagi, mereka bisa menjadi naka yg 'baik' pastinya sumbernya dari kelaurga.
Apalagi mereka uda remaja, uda lewat masa puber, uda sebentar lagi memasuki jenjang dewasa, tentunya sudah hampir separuh dari hidupnya yg mereka habiskan dengan 'mengusung' sikap mereka yg seperti itu, sikap mereka yg bisa dibilang minus banget.
Apa pantas dalam 1 kelas (eh ini kenapa bisa anak2 yg macam begini kumpul di 1 kelas yg sama) menertawakan dengan sinis di saat dosennya melucu ato menerangkan (ini kejadian nyata yg dialamin sama temen Mami Vio). Pantaskah di saat dosen menerangkan mereka mainan BB terang2an (ngumpet2 pun ga boleh). Dan begitu ditegur dia cuman pindahin itu BB ke bawah meja trus tetep BB-an.
Pantaskah para mahasiswa itu duduk berjajar menuhin tangga UMUM dan pas ditegur bahwa itu untuk orang lewat trus dia jawab dengan ketus ya lewat disini aja kan bisa (dengan space amat kecil cuma muat 1 telapak kaki).
Pantaskah mahasiswi ngomong kotor n kasar di depan umum dan disambut tertawaan happy temen2nya?
Pantaskah mahasiswa ngomong 'capek tau ngerjain bginia' di depan dosennya? Dimana kami pun capek haru memeriksa 56 tugas mereka.
Pantaskah seorang mahasiswi mengacungkan jari tengahnya ke dosen sesaat ketika habis ditegur? (yg untungnya ketauan juga)
Pantaskah mahasiswa dateng ke kelas dengan tangan kosong di mana teman2nya yg lain sudah selesai mengerjakan apa yg diperintahkan? (cuma kejar absen kah atau cuma iseng ajakah dateng ke kampus?)
Semept tergelitik pengen tanya ke guru2 SMU atau guru2 SD-SMP, apakah dari awalnya anak2 macam ini seperti itu? Kalau memang ya berarti memang dari kecil emreka terlanjur terbentuk seperti itu. Tapi kalau tidak, ini yang aneh, apakah mereka merasa udah 'maha' maka jadi seenaknya? atau apa karena udah ga adaperaturan yg ketat mereka jadi lepas kendali? Tapi di setiap instansi pendidikan kan pasti ada peraturan, bahkan di kelas. Mami Vio yakin, ga sedikit dari anak2 ini yang lulusan SMP/SMU terkemuka di Jakarta atau di daehar luar Jawa. Di mana sekolah2 seperti itu terkenal dengan disiplinnya dengan kualitas muridnya.
Dan...baru aja tadi, di rapat koordinasi, kembali Bapak Head of School mengutip dari salah satu surat kabar. Tugas kita sebagai ortu lah untuk mendidik anak dari awal untuk menjadi pribadi yang baik. Bagaimana mengajarkan mereka untuk mau berbagi, mengajarkan untuk tidak mengambil milik orang lain, mengajarkan cuci tangan, mengajarkan merapikan barang, belajar menaruh barang pada temaptnya, dll.
Terdengar simple tapi itu adalah bibit sikap yang baik ke anak2 kita nanti.
Oiya, temen Mami Vio ada yang cerita, bahwa dia dulu punya dosen sepuh yang sangat amat sopan. KAlo orang jawa bilang toto kromo banget. Ke mahasiswa2nya pun begitu, malah sampe mahasiswa2nya ga enak diperlakukan seperti itu.Kalo mesti antri ya antri bahkan jika diserobot sekalipun
Terlontar pertanyaan dari temen Mami itu "kira2 kalo ada orang macam itu lagi sekarang, orang itu akan di cap aneh atau ga yah? secara jaman sekarang semua serba barbar, yang kalo ga nyerobot ga akan kebagian"
Nah, kira2, anak2 kita yg seandainya bisa terdidik dengan baik seperti hal nya ortu2 kita mendidik kita, akankah anak2 kita akan jadi 'mahluk aneh' di antara manusia2 jaman mendatang yang serba ga karuan?
